MEMBACA AL-QURAN DI KUBURAN DAN KIRIMKAN PAHALANYA

Dr. Sulaiman Al-Kumayi

Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang

Membaca al-Qur’an di atas kuburan hukumnya boleh, bukan perbuatan bid`ah atau syirik. Salah seorang ulama terkemuka dan pendiri Mazhab Hanbali, Imam Ahmad bin Hanbal membolehkan membaca al-Qur’an di atas kuburan. Beliau terkenal sangat ketat dalam memakai hadis. Semula beliau memang melarang membaca al-Qur’an di atas kuburan dan mengingkari sampainya pahala bacaan Kitab Suci itu kepada orang-orang mati. Namun, beliau kemudian mengubah pendapatnya, dan menyatakan pahala bacaan al-Qur’an yang dihadiahkan kepada si mati itu sampai. Perubahan pendirian beliau ini didasari oleh sebuah informasi terpercaya yang menyebutkan bahwa Umar bin Khaththab pernah berwasiay agar dibacakan Surah al-Fatihah dan akhir Surah al-Baqarah pada bagian kepala setelah beliau dikubur. Sejak saat itu, Imam Ahmad bin Hanbal menarik kembali pendapatnya.

Kitab Tadzkirah al-Qurthubi (tth: 25), merekam pendapat Imam Ahmad bin Hanbal tersebut sebagai berikut:

كَانَ اْلإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ تَعَالَى يَقُوْلُ: اِذَا دَخَلْتُمُ اْلمَقَابِرَ فَاقْرَأُوْا فَاتِحَةَ اْلكَتَابِ وَاْلمَعَوِّذَتَيْنِ وَقُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ وَاجْعَلُوْا ثَوَابَ ذٰلِكَ لأَِهْلِ اْلمَقَابِرِ فَإِنَّهُ يَصِلُ إِلَيْهِمْ، وَ كَانَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يُنْكِرُ قَبْلَ ذٰلِكَ وُصُوْلَ الثَّوْبِ مِنَ اْلأَحْيَاءِ لِلْمَوْتَى فَلَمَّا حَدَّثَهُ بَعْضُ الثِّقَاتِ أَنْ عُمَرُ بْنَ اْلخَطَّابِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ اَوْصَى إِذَا دُفِنَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَاتِحَةَ اْلكَتَابِ وَخَاتِمَةُ سُوْرَةِ اْلبَقَرَةِ رَجَعَ عَنْ ذٰلِكَ

وَكَذٰلِكَ بَلَغَنَا عَنِ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّيْنِ عَبْدِ السَّلاَمِ رَحِمَهُ اللهُ أَنَّهُ يُنْكِرُ وُصُوْلَ ثَواَبِ اْلقِرَأَةِ لِلْمَوْتَى وَ يَقُوْلُ تَعَالَى: وَاَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلاَّ مَاسَعٰى فَلَمَّا مَاتَ رَاٰهُ بَعْضُ أَصَحَابَهِ فَسَأَلَهُ عَنْ ذٰلِكَ فَقَالَ فَقَدْ رَجَعْتُ عَمَّا كُنْتُ اَقُوْلُهُ مِنْ عَدَمِ وُصُوْلِ الثَّوْبِ إِلَى الْمَوْتَى مِنَ اْلقَارِئِ حِيْنَ رَأَيْتُ وُصُوْلَهُ وَأَنَا فِى اْلقَبْرِ

 وَيُؤَيِّدُ ذٰلِكَ مَارَوَاهُ اْلحَافِظُ السَّلَفِىُّ مَرْفُوْعًا مَنْ مَرَّ بِاْلمَقَابِرِ  فَقَرَأَ قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ اِحْدَى عَشَرَةَ مَرَّةً ثُمَّ وَهَبَ أَجْرَهُ بِاْلأَمْوَاتِ اُعْطِىَ مِنَ اْلأَجْرِ بَعْدَدِ   اْلأَمْوَاتِ (تذكرة القرطوبى: ۲۵)

Adalah Imam Ahmad bin Hanbal ra berkata, “Apabila kamu masuk daerah pekuburan, maka bacalah oleh akan Surah al-Fātihah, Mu`awwidzatain (Surah al-Falaq dan an-Nas), dan Qul Huwallahu Ahad, dan jadikanlah pahala yang demikian itu ahli kubur, maka sesungguhnya hal itu bisa sampai kepada mereka.” Dan, Imam Ahmad ra sebelumnya pernah mengingkari tentang sampainya pahala dari orang-orang yang hidup bagi orang-orang yang mati. Namun ketika disampaikan informasi kepadanya oleh sebagian orang-orang kepercayaan, bahwa `Umar bin Khaththab ra pernah berwasiat, apabila ia telah selesai dikuburkan agar dibacakan pada bagian kepalanya Surah al-Fatihah dan akhir Surah al-Baqarah, maka rujuklah beliau [maksudnya: Imam Ahmad menarik kembali pendapatnya yang semula, dan menganjurkan membaca al-Qur’an di atas kuburan—pen].

Demikian juga telah sampai berita kepada kami tentang cerita Syaikh Izzuddin bin Abdus-Salam, bahwa beliau juga mengingkari sampainya pahala membaca al-Qur’an bagi orang mati. Dan dikatakannya firman Allah Ta`ala: “Dan tidaklah bagi manusia itu melainkan apa yang ia usahakan” (QS.an-Najm [53]: 39); tetapi setelah beliau meninggal dunia, sebagian sahabatnya melihatnya di dalam tidur, maka ditanyakan tentang pendapatnya itu. Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku telah rujuk [menarik kembali tentang apa yang pernah diucapkannya] tentang tidak sampainya pahala membaca al-Qur’an kepada orang-orang mati. Sayang, aku melihat ini sedangkan aku sudah di dalam kubur.”

Dan masalah demikian itu dikuatkan lagi oleh al-Hāfizh as-Salafi dengan Hadis Marfu`, “Barangsiapa yang melewati daerah pekuburan, lalu membaca Suraf al-Ikhlas 11 kali, kemudian pahalanya diberikan/dihadiahkan kepada orang-orang mati, maka ia memperoleh pahala menurut bilangan banyaknya orang-orang yang mati.”

Berdasarkan pendapat ulama di atas jelaslah bahwa membaca al-Qur’an di atas kuburan dan kemudian pahalanya dihadiahkan kepada si mati sampai. Karena itu, Anda tidak perlu ragu-ragu dengan penjelasan ini. Memang ada sebagian ustadz yang dengan pongahnya berpendapat bahwa bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada si mati. Ustadz atau apalah sebutannya seperti ini menunjukkan kedangkalan ilmunya. Namun sangat disayangkan, mereka ini telah berani mengeluarkan pendapat yang tidak punya dasar yang kuat. Semoga kita dilindungi dari mereka ini.

Untuk memperkuat penjelasan di atas, berikut saya kemukakan lagi keterangan Nabi saw dan pendapat ulama tentangya. Nabi saw bersabda:

عَنْ مَعْقَلٍ بْنِ يَسَارٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِقْرَؤُا يس عَلٰى مَوْتَاكُمْ (رواه ابوداود والنسائ واحمد وابن حبان وصححه)

Ma`qil bin Yasar ra meriwayatkan dari nabi saw, beliau bersabda, “Bacakan Surat Yasin pada orang mati kalian” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i, Ahmad, dan Ibnu Hibban dan disahihkan).

Imam Ahmad bin Hanbal berkata:

كَانَ اْلمَشِيْخَةُ  يَقُوْلُوْنَ: اِذَاقُرِئَتْ يس خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا

Para masyayikh/para ulama berkata, “Apabila dibacakan Surah Yasin pada orang yang mati, Allah akan meringankan baginya.”

Imam Ibnu Taimiyah berkata:

اِنَّ اْلمَيِّتَ يَنْتَفِعُ بِقَرَاءَةِ اْلقَرْآنِ كِمَا يَنْتَفِعُ بِاْلعِبَادَةِ وَاْلمَالِيَّةِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَنَحْوِهَا

“Sesungguhnya mayit itu bisa memperoleh manfaat sebab bacaan al-Qur’an, sebagaimana bisa manfaatnya amaliyah berupa sedekah dan lain-lain.” []

Leave a comment